Selasa, 28 Agustus 2012

Seorang Ibu Melahirkan Cucunya Demi Anak

Linda meminjamkan rahimnya untuk mengandung sang cucu karena anaknya, Angel Hebert, tidak bisa melakukannya akibat kondisi jantung lemah.
Kasih seorang ibu kepada anaknya memang tak terbatas, begitupun Linda Sirois. Karena keterbatasan fisik yang dialami anak perempuannya, Angel Hebert, ia rela menjadi ibu pengganti. Pada 13 Agustus Linda akhirnya melahirkan buah hati Angel yang sebenarnya adalah cucunya.

Wanita berusia 49 tahun asal Maine, Amerika Serikat, itu meminjamkan rahimnya untuk mengandung dan melahirkan buah hati Angel. Pasalnya, Angel tidak dapat hamil dan melahirkan karena kondisi jantungnya yang lemah. Kabar buruk itu diterima Angel dan suaminya, Brian Hebert, pada musim panas tahun lalu.

"Aku benar-benar terpukul mendengar berita itu dan merasa marah," tutur Angel pada Portland Press Herald. "Tapi kami memiliki ide mencoba kemungkinan lain dan ibuku berkata 'Aku ada disini dan aku bisa mengandungnya untukmu'."

Linda yang memahami kondisi itu kemudian menawarkan diri dan mencoba menanam sel telur Angel yang sudah dibuahi oleh sperma Brian. Usaha itu berhasil hingga akhirnya Linda melahirkan seorang bayi laki-laki dengan operasi caesar. Jabang bayi seberat 3 kg itu diberi nama Madden Hebert.

Linda sendiri mengaku saat mengandung cucunya itu jauh lebih mudah daripada ketika hamil buah hatinya dulu. Ia mengaku tidak mengalami mual atau komplikasi lainnya. Linda adalah ibu dari 4 orang anak, dua diantaranya adalah kembar sedangkan yang bungsu masih duduk di bangku kuliah.(wk/mr)
Minggu, 12 Agustus 2012

Cara Tes HP Yang Ekstrim Sebelum Dijual (+pic)

Penasaran ingin tahu seperti apa siksaan fisik ponsel, sebelum dikemas dalam box manis dan sampai ke tangan kamu? Nokia sebagai produsen ponsel terbesar didunia membeberkan sejumlah penyiksaan terkejam pada ponsel-ponselnya di sebuah "kamp" konsentrasi.
Untuk bisa lolos sampai ke tangan kamu setiap ponsel ini setidaknya harus melewati 200 kali lebih uji mekanis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas produk yang terbaik.

Bentuk siksaan yang paling ringan adalah dengan menempatkan ponsel nokia di sebuah alat pengocok yang sudah dicampur dengan material keras (pasir, biji logam dan plastik) . Hal ini untuk menguji apakah pada penggunaan yang bercampur dengan benda-benda logam semisal kuncil mobil dll, body ponsel termasuk cat dan logamnya dipastikan masih bertahan untuk tidak tergores atau penyok.

diaduk bercampur benda keras



Test cipratan air, untuk memastikan bahwa secangkir kopi pagi yang tertuang di ponsel kamu tidak akan merusak kinerjanya. Anti terhadap debu juga menjadi perhatian utama pada uji mekanis ini.

Ketahanan terhadap berbagai macam perubahan cuaca termasuk pada kondisi panas dan dingin yang sangat ekstrim tak luput dari sesi testing. Serta faktor kelembaban, pemaparan pada panas matahari dalam waktu lama, yang dicurigai dapat menyebabkan ponsel menjadi pudar.

cipratan air


guyuran air dari atas


dikocok campur debu dan pasir


suhu panas dan dingin yang ekstrim



Yang paling seram adalah test kekuatan fisik dengan menjatuhkan ponsel dari ketinggian tertentu dengan tekanan penuh ke atas lantai beton dan memusingkannya. Pada bagian akhir, penyiksaan adalah giliran menguji daya tahan keypad yang ditekan oleh lengan robot selama ratusan ribu kali dengan kecepatan tinggi dan beban luar biasa berat.

dilempar ke lantai beton


tekanan berat dari atas


tekanan berat dari tengah


Tekan keypad selama ratusan ribu kali


Melalui test tersebut pihak Nokia mengharapkan daya tahan ponsel akan semakin lebih baik lagi. Karena dulu bahkan jenis ponsel hig-end dari vendor Finlandia ini sering memiliki cat yang mudah terkelupas dan body yang ringkih. Semoga tidak lagi!

sumber

Dokter Leonid, Orang Yang Mampu Mengoperasi Dirinya Sendiri (+pic)


Spoiler for orangnya
Dokter Leonid Rogozof



Tanggal 29 April 1961, seorang dokter dari ekspedisi Antartika Rusia (Kutub Selatan Bumi) di stasiun ekspedisi “Novolazarevskaya”, Leonid Rogozof (27 tahun), merasa demam dan bagian bawah perutnya terasa sakit sekali.

Keesokan harinya keadaannya semakin parah. Tak mungkin di daerah kutub yang terpencil itu ia menyewa pesawat untuk membawanya ke rumah sakit. Tak mungkin pula ia minta pertolongan kepada dokter yang lain, karena ia adalah satu-satunya dokter yang ada di tempat ekspedisi tersebut.

Akhirnya pada malam 30 April 1961 itu, dr Leonid terpaksa melakukan operasi terhadap dirinya sendiri, untuk memotong dan mengeluarkan organnya berupa usus buntu (appendix) yang telah meradang.

Dalam operasi itu ia menggunakan bius lokal (local anesthesia), dibantu oleh seorang mekanik dan seorang ahli meteorologi yang ada dalam ekspedisi tersebut.

Sambil berbaring setengah membungkuk ke arah sisi kiri, ia menyuntikkan ke dirinya cairan obat bius lokal “novocaine”, kemudian melakukan torehan sepanjang 12 cm dibagian perut kanannya (iliac) dengan pisau bedah.

Dengan melihat melalui cermin kecil dan meraba-raba, Leonid melakukan pembedahan, mengeluarkan usus buntunya, dan menyuntikkan antibiotik dibagian perut, menjahit lukanya. Kedua orang “asisten” (mekanik dan metrologist) membantu memegang cermin kecil ke dekat perut dan memberi peralatan kedokteran kepada Leonid. Operasi ini berjalan selama 1 jam 45 menit hingga selesai.

Lima hari pasca operasi, temparatur badan Leonid normal kembali, dan 2 hari berikutnya jahitan lukanya dibuang.

Seluruh peralatan yang dipakai untuk melakukan operasi yang spektakuler itu, kini berada dan dipamerkan di museum “Artik dan Antartika” di St. Petersburg, Rusia. 


Spoiler for foto saat operasi (Agak DP)




sumber